Reaktivasi Jalur Kereta Api di Bandung Ciwidey

Post :   |   07 September 2018   |   16:59 WIB   |   Dilihat 12391 kali

Kereta api merupakan transportasi massal di Indonesia yang memiliki sejarah panjang di Jawa Barat. Menurut id.wikipedia.org sejarah mencatat bahwa kereta api di Jawa Barat pertama kali di bangun pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Jawa Barat bagian selatan terdapat beberapa jalur kereta api yang menghubungkan beberapa daerah di Selatan Jawa Barat ke Kota Bandung untuk mengangkut hasil kebun. Pada masa itu alat transportasi selain kereta api juga terdapat pedati, yaitu gerobak yang di tarik dengan kerbau. Keterbatasan daya angkut, biaya yang mahal dan juga akses jalan yang sangat jauh jika menggunakan pedati, membuat belanda memutuskan untuk membangun jalur kereta api dari Bandung menuju Ciwidey.

Berdasarkan sejarah yang bersumber dari wikipedia.org jalur kereta api yang dibangun terdiri atas segmen Cikudapateuh–Kopo (Soreang) dilanjut menuju Ciwidey dan dibuatkan pula jalur cabang dari Dayeuhkolot menuju Majalaya. Pada awalnya jalur ini di buat oleh perusahaan kereta api milik Belanda Staatsspoorwegen (SS). Staatsspoorwegen (SS) sendiri diserahterimakan menjadi Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) hingga saat ini menjadi PT.Kereta Api Indonesia (PT.KAI).  Jalur pertama di buka untuk Cikudapeteuh menuju Soreang yang dibuka tanggal 13 Februari 1921 kemudian dilanjutkan dengan rute Soreang menuju Ciwidey pada tanggal 17 Juni 1924.

Di masa kolonial, sebelum mobil menjadi moda angkutan, kereta api diproyeksikan sebagai kendaraan masa depan. Itulah kenapa banyak rel dibangun, hingga hampir semua kota terhubung jalur rel kereta api. Kereta,  dan juga lebar relnya pun pernah bermacam-macam. Sebelum ditetapkan standar ukuran kereta api, di masa kolonial lebar rel tidak selalu sama. Pernah ada rel kereta dengan lebar 400 mm seperti pada kereta batubara di Kalimantan Selatan, SS pernah memakai lebar rel di Jawa Barat 600mm, 750 mm di Aceh, 1067mm, 1188 mm dan paling lebar 1435mm.

Jalur kereta api Bandung-Ciwidey dinonaktifkan pada tahun 1982 dikarenakan kalah bersaing dengan kendaraan pribadi dan angkutan umum jalan raya.

Seiring berjalannya waktu, sampai tahun 2018 saat ini sudah 36 tahun kereta api Bandung-Ciwidey tidak aktif. PT Kereta Api Indonesia akan melakukan reaktivasi jalur Bandung-Ciwidey yang sudah sekian lama tidak aktif dengan dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sejak jalur kereta api tidak di aktifkan masyarakat yang akan melakukan perjalanan dari Bandung menuju Ciwidey menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.

Selain daerah wisata, Ciwidey juga merupakan daerah pertanian, banyak hasil kebun yang diangkut ke Bandung dengan menggunakan angkutan barang. Hampir setiap hari kendaraan yang mengangkut hasil kebun dari Ciwidey menuju Bandung yang juga menjadi penyumbang kemacetan. Namun kebutuhan hasil kebun untuk masyarakat yang berada di Kota Bandung harus tetap di angkut untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sumber gambar: inews.id

Dari fenomena yang terlihat, bahwa lonjakan penduduk dan bertambahnya kendaraan menyebabkan kemacetan yang luar biasa ke arah Bandung Selatan. Setiap jam kerja banyak masyarakat dari luar Bandung menuju Bandung melalui jalan Bandung-Ciwidey untuk bekerja dengan kendaraan dan diakhir pekan jalur menuju Ciwidey dipadati kendaraan pribadi dan banyaknya wisatawan menggunakan bis besar yang akan berlibur. Ciwidey merupakan salah satu daerah yang memiliki objek wisata favorit di Jawa Barat dengan udara yang sejuk area pegunungan dan terdapat pemandangan yang indah. Banyaknya masyarakat yang datang dengan kendaraan menyebabkan sering terjadinya kemacetan meskipun terdapat jalan tol Pasir Koja-Soreang namun belum dapat mengatasi kemacetan di Jalur Bandung-Ciwidey.

Berdasarkan permasalahan tersebut Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendorong PT KAI yang akan melakukan reaktivasi jalur Bandung-Ciwidey yang sudah tidak aktif, diharapkan akan menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan. PT KAI sudah melakukan studi kelayakan dan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar jalur kereta api. Sejalan dengan PT. KAI, Gubernur Jawa Barat Mochamad Ridwan Kamil menyatakan dalam halaman web jabarprov.go.id ingin mengembalikan budaya naik kereta dan ingin Jawa Barat seperti eropa agar nyaman dan terintegrasi.

Konsep peninggalan kolonial pada tatanan transportasi di Indonesia yang berbasis rel sebaiknya tetap dipertahankan. Kereta api merupakan sarana transportasi massal yang efisien tidak memakan banyak lahan untuk jalurnya, dengan lebar jalur kurang lebih 4 meter dapat mengangkut dengan jumlah banyak biaya yang murah dan waktu yang lebih cepat karena tidak akan terdampak macet. Banyak jalur-jalur kereta api peninggalan belanda yang sudah tidak terpakai, padahal jika kita mengetahui ada banyak manfaat yang bisa dilakukan. Semoga reaktivasi dapat segera diwujudkan. (Neni Nurmawati - Pengguna Transportasi)